Sebagaimana adanya kegagalan pasar, dalam literatur ekonomi publik dibahas
pula apa yang disebut dengan kegagalan pemerintah, yaitu kegagalan pemerintah
dalam menciptakan kondisi Pareto Optimal. Terdapat beberapa faktor yang menjadi
sumber timbulnya kegagalan pemerintah sebagai berikut (Mangkoesoebroto,
1999:9).
1. Campur
tangan pemerintah kadang-kadang menimbulkan dampak yang tidak diperkirakan
terlebih dahulu.
Misalnya saja, kebijakan pemerintah dalam mengatur tata niaga
cengkeh agar penghasilan petani cengkeh naik, ternyata membawa dampak permintaan
tembakau menurun sehingga pendapatan petani tembakau juga turun. Selain itu, kebijakan
pemerintah dalam menaikkan harga BBM yang dengan maksud mengurangi subsidi terhadap
harga BBM, ternyata membawa dampak pada meningkatnya harga-harga barang
kebutuhan pokok lainnya meningkat pula.
2. Campur
tangan pemerintah memerlukan biaya yang tidak murah, oleh karena itu maka
campur tangan pemerintah harus dipertimbangkan manfaat dan biayanya secara
cermat agar tidak lebih besar daripada biaya masyarakat tanpa adanya campur
tangan pemerintah.
Misalnya saja, program pemerintah mengenai E-KTP. Biaya yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan program tersebut memerluakan biaya yang tidak
sedikit, akan tetapi manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dari E-KTP tersebut
tidak jauh berbeda dengan KTP yang ada sebelumnya.
3. Adanya
kegagalan dalam pelaksanaan program pemerintah. Pelaksanaan program pemerintah
memerlukan tender, dan sistem yang kompleks.
Misalnya saja, adanya proyek penelitian pendidikan yang dananya
sebesar 10 juta rupiah, akan tetapi sistem administrasi dalam pelaksanaan
proyek tersebut sangatlah rumit seperti ketika diperlukan biaya untuk
pelaksanaan/pengadaan rapat mengenai proyek tersebut diperlukan biaya konsumsi
(snack dan makan siang). Akan tetapi biaya konsumsi berupa snack tersebut hanya
dibatasi sebesar Rp 5.000- dan biaya
makan siang akan dicairkan ketika rapat diadakan di atas jam 11 siang. Selain itu
ketika membutuhkan peralatan yang digunakan dalam penelitian maka biaya untuk
keperluan alat tersebut akan dicairkan dengan syarat adanya surat pernyataan
dari pihak pemilik toko bahwa yang bersangkutan (peneliti) benar-benar membeli
barang dari toko tersebut disertai biaya belanja/harga barang tersebut. Dengan demikian,
adanya sistem administrasi yang kompleks tersebut bisa membuat peneliti merasa
enggan untuk meneruskan proyek penelitian. Sehingga terjadi kegagalan dalam
pelaksanaan program pemerintah.
4. Perilaku
pemegang kebijakan pemerintah yang bersifat mengejar keuntungan pribadi atau rent
seeking behavior.
Misalnya
saja, dalam relasi birokrasi dan dunia bisnis, perusahaan yang bisa menciptakan
halangan masuk pasar (barrier to entry) dengan cara menguasai sumber
daya strategis atau mengupayakan agar tidak ada barang pengganti (subtitusi)
akan dapat menikmati laba super normal atau rente yang lebih tinggi. Untuk memperoleh
rente yang lebih tinggi, kadang-kadang pengusaha berkolusi dengan penguasa
(birokrasi) agar mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang menguntungkan pengusaha.
Sebagai balasanannya, pengusaha memberikan imbalan baik berupa uang maupun
berupa hadiah kepada penguasa (birokrasi).
Hal-hal di atas dapat disimpulkan bahwa tidak selamanya campur
tangan pemerintah menyebabkan terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat menuju
Pareto Optimal. Bahkan sebaliknya, terkadang dapat menjauhi kondisi Pareto
Optimal.
Sumber:
Mangkoesoebroto,
Guritno. 1999. Ekonomi Publik. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Gambar:
https://www.google.co.id/search?q=gambar+kegagalan+pemerintah+untuk+blog&source.
https://www.google.co.id/search?q=gambar+kegagalan+pemerintah+untuk+blog&source.
----*Don’t Forget to Smile :D*----